Khutbah Idul Adha 1445 H
Menyembelih Hawa Nafsu
Oleh : M. Fajar Nur Rachmat, Alumni PPIQ tahun 2013
(Disampaikan di : Masjid Margoyuwono, Kuton, Berbah)
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أكْبَرُ
اللهُ أكبَرُ وَلِّلهِ الحَمْدُ
أما بعد،
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Teriring kalimat takbir, tahlil, dan tahmid, kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah Taala yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga pada pagi hari ini kita bisa berbondong-bondong, bershaf-shaf hadir melaksanakan salah satu sunah dan syiar Islam, yaitu shalat Idul Adha secara berjamaah.
Shalawat dan juga salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin, tabiut tabiin, dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikuti ajarannya. Semoga kelak kita semua termasuk umat beliau yang mendapatkan syafaatnya di hari kiamat, aamiin.
Jamaah Sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Allah menciptakan manusia dengan wujud dan rupa yang sempurna. Paling sempurna susunan jasmaniyahnya dibanding makhluk hidup lain, paling sempurna pula susunan ruhaniyahnya. Dia memiliki jasad dan ruh, mempunyai panca indera yang ajaib untuk menghubungkan antara dirinya dengan alam semesta, mempunyai nafsu sebagai pendorong untuk memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan hidupnya. Mempunyai akal untuk berpikir, hati untuk merasa. Pikir dan rasa yang dapat mengetahui mana baik dan mana buruk. Memiliki dhamir (hati nurani) yang mendorong untuk menjauhi yang buruk dan mendekati yang baik.
Maka dengan segala unsur jasmaniyah dan ruhaniyahnya, manusia berpotensi untuk naik derajatnya ke tingkatan yang lebih tinggi, lebih indah dan murni. Ibarat zhahirnya masih seperti manusia biasa, tapi batinnya serasa layaknya malaikat. Hal itu bisa terjadi ketika unsur-unsur tadi berkembang dan digunakan sesuai dengan ketentuan yang telah Allah tetapkan. Pun begitu, manusia juga mempunyai kecenderungan turun martabat, sampai kepada martabat makhluk yang paling rendah, jenis hewan bahkan lebih rendah lagi, yaitu apabila manusia mengabaikan, tidak memelihara, tidak mempergunakan potensi jasmaniyah dan ruhaniyahnya sesuai sunnatullah yang berlaku. Maka apabila nafsu terlepas dari kendali akal dan nurani. Bahkan nafsu sudah menguasai akal dan nurani membisu. Saat itulah tingkah laku manusia bisa lebih rendah dan sesat dari kelakuan hewan.
اللهُ أكبَرُ اللهُ أكبَرُ وَلِّلهِ الحَمْدُ
Jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah,
Mari kita belajar sejenak menyelami makna kurban dengan mentadaburi sebuah rutinitas. Karena terkadang sesuatu yang rutin “yang memang begitu setiap tahunnya" kita anggap biasa. Matahari yang setiap pagi bersinar terbit dari timur, tenggelam sore hari di arah barat. Air hujan yang turun dari langit kenapa dia berasa tawar, padahal sumbernya dari uap air laut. Maka Allah pun memanggil akal untuk melaksanakan fungsinya; "afala ta'qilun" apakah kalian tidak mempergunakan akal?, "afala yatadabbarun" apakah mereka tidak merenungkan?, "afala yanzhurun" apakah mereka tidak memperhatikan?
Coba kita cermati salah satu rutinitas yang dilakukan oleh jamaah haji. Setiap tahun jutaan jamaah haji berkurban di tanah suci. Mereka berkurban dengan cara menyetorkan sejumlah uang di sebuh bank Arab Saudi. Dana itu kemudian dikelola oleh panitia khusus mulai dari proses pengadaan hewan, pemotongan hingga pendistribusian. Kebanyakan jamaah haji tidak melihat langsung hewan kurban mereka karena sedang menjalani prosesi ibadah haji selama 4 hari. Mereka mempercayakan secara penuh semuanya kepada panitia khusus yang ditunjuk oleh pemerintah Saudi.
Menurut informasi, pelaksanaan kurban di Arab Saudi setiap tahunnya menghasilkan ratusan ribu ton daging kurban. Dibagikan kepada negara-negara Islam yang membutuhkan. Kebanyakan untuk negara-negara pesisir utara dan timur serta Barat Afrika yang masih miskin, juga dibagikan untuk umat Islam yang sedang memperjuangkan haknya yang dirampas seperti di Palestina. Jadi, mayoritas jamaah haji tidak mencicipi sama sekali daging kurban. Jangankan mencicipi, melihat hewan kurban mereka saja tidak sempat. Kepada siapa daging mereka didistribusikan pun mereka tidak tahu. Tapi meski begitu, pahala mereka tetap mengalir dan dicatat oleh Allah SWT.
Melalui rutinitas tahunan kurban jamaah haji "yang memang begitu setiap tahunnya" ini kita bisa mengambil sebuah hikmah. Filosofinya adalah jika beramal dengan tangan kanan, maka tangan kiri tidak tahu. Amalan yang sifatnya tersembunyi, jauh dari sifat riya, pamer, dan ingin menonjolkan diri. Penerima daging kurban pun tidak tahu kurban siapa yang dagingnya sampai kepada dia. Sebuah amalan yang tawadhu karena hanya Allah saja yang tahu.
Maka itulah hikmah yang harusnya kita pahami. Kurban adalah melaksanakan syariat secara zhahir, namun ada aspek batin yang tidak kalah penting. Menyembelih nafsu hewani bahkan syaithani yang ada pada diri manusia, menyembelih rasa ke-akuan. Ingin serba aku, aku yang dilihat, aku yang dipuji, aku yang harus dapat, aku yang harus dianut oleh banyak orang. Maka kembali ke awal khutbah ini, ketika nafsu menguasai akal dan nurani membisu. Manusia kadang bisa menjadi lebih hewan dari pada hewan itu sendiri. Demi menuruti hawa nafsu keakuannya ia rela melakukan apapun, nauzhu billah.
اللهُ أكبَرُ اللهُ أكبَرُ وَلِّلهِ الحَمْدُ
Jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah,
Maka satu-satunya cara agar kita bisa menyembelih nafsu hewani bahkan syaithani dalam diri adalah dengan mempergunakan akal dan nurani sesuai dengan syariat Allah. Kenapa harus akal dan nurani? Karena melalui akal, cara pandang manusia terhadap ketaatan terbentuk. Satu contoh; pikiran yang semula menunda shalat karena sedang sibuk, dirubah menjadi justru karena sedang sibuk aku harus rehat sejenak untuk shalat tepat waktu. Karena dengan wasilah shalat, Allah akan menata semua urusanku. Perbaikilah shalatmu maka niscaya Allah akan memperbaiki hidupmu. Terkadang manusia sibuk memperbaiki hidup, padahal yang berantakan adalah shalatnya. Kedua, hati nurani adalah malikul jasad (raja yang memimpin tubuh manusia). Ketika hatinya beres, maka anggota badannya juga pasti beres. Karena tingkah anggota badan merupakan cerminan hati manusia.
Demikianlah khutbah Idul Adha 1445 H yang bisa khatib sampaikan. Jika terdapat kebaikan maka itu dari Allah semata, dan jika terdapat keburukan tak lain itu dari khatib pribadi. Marilah kita tutup khutbah Idul Adha tahun ini dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، الحمَدُ للهِ رَبِّ العَالمَيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ، حَمْدًا شَاكرِيْنَ، حمَدًا يُوَافِي نِعَمَهُ، وَيُكَاِفئُ مَزِيدَهُ يَا َربَّنَا لَكَ الحمَدْ وَ لَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وِجْهِكَ الكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِـــ مُحَمَّدٍ وَعَلَى ُكِّل صَحَابَةٍ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَحِمِيْنَ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ أَزْوَاجٍنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيْمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Untuk mendapatkan naskah versi Pdf silahkan klik di sini. Jazakumullah khairan.
Posting Komentar
Posting Komentar