Bantul - Alhamdulillah pada Rabu pagi (15/2) kemarin admin Inspirasi Santri berkesempatan mengukuti program Bincang Pesantren jilid 11 secara daring. Program ini diinisiasi oleh Griya Parenting Indonesia. Sebuah lembaga swasta yang bergerak dalam bidang konsultan kepengasuhan dan kepesantrenan. Berkantor di Surabaya dan aktif mengadakan training kepengasuhan di berbagai kota. Jika penasaran dengan profil Griya Parenting Indonesia, silahkan klik link ini.
Bincang Pesantren kali ini mengangkat tema "Menapaktilasi Leadership Dr. (HC) KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (1985 - 2020)". Acara dipandu oleh Nuril Huda sebagai host zoom meeting dan dihadiri secara virtual oleh 300-an peserta dari berbagai pondok pesantren se-Indonesia. Sesi materi disampaikan langsung oleh Ustadz Riza Azhari, M.Pd. yang tidak lain merupakan putra Allahu yarham KH. Abdullah Syukri Zarkasyi.
![]() |
Kiri ke kanan : Ust Riza (Pemateri), Nuril Huda (Host), Miftahul Jinan (Direktur GPI) |
Mengawali sesi materi, Ustadz Riza menyegarkan kembali ingatan hadirin dengan mengutip nasihat-nasihat almarhum. Di antara nasihat yang ia kutip adalah "Hidup saja tidak cukup, tapi hidup juga butuh bergerak. Bergerak saja tidak cukup, tapi butuh belajar cara bergerak dan menggerakkan". Nasihat ini mengingatkan para hadirin bahwasanya ilmu ahwal merupakan suatu ilmu yang sangat penting. Apa yang akan dikerjakan harus diilmui terlebih dahulu sampai paham.
Menyambung nasihat di atas, Ustadz Riza menyebutkan beberapa permasalahan klasik di dunia pesantren. Salah satu permasalahan yang biasa terjadi adalah timbul-tenggelamnya SDM. Formatur personalia yang sangat dinamis, cepat berganti, datang dan pergi. Akibatnya tak jarang menimbulkan dampak negatif. Seperti menurunnya kualitas musyrif dan santri dari tahun ke tahun. Hal itu diperparah dengan kurangnya pemahaman terhadap filosofi setiap kegiatan yang ada di pesantren.
Sebagai sebuah contoh, Ustadz Riza meceritakan. Dahulu ia sangat aktif di dunia marching band. Keaktifannya dibuktikan dengan terlibat langsung di kepengurusan marching band wilayah Jawa Timur. Pernah suatu ketika "Bapak" bertanya, "Riza, apa yang sudah kamu dapat dari marching band?" Pertanyaan ini mengandung sebuah isyarat. Artinya, untuk apa kamu ikut marching band kalau tidak mendapatkan apa-apa? Ia pun merenungkan jawaban pertanyaan tadi beberapa saat. Akhirnya ia menemukannya. Melalui marching band ia belajar cara merangkai, memadukan, dan menyatukan irama yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan. Nah, seperti itulah gambaran pentingnya memahami filosofi sebuah kegiatan.
Ustadz Riza banyak belajar dari ayahnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Ia melihat sang ayah yang aktif mengontrol pondok. Bahkan tak jarang harus berpindah-pindah hingga ke pondok cabang Gontor. Sesekali ia pun bertanya kepada sang ayah, "Pak, apa ndak capek?" Kyai Syukri kemudian menjawab, "Kesel yo kesel, merga gak ngerti tujuan ae kesel" (kalau capek ya capek, karena tidak tahu tujuannya saja orang-orang akan merasa capek). Apa sih tujuannya? Ya, tentu meraih ridha Allah Ta'ala. Caranya dengan menjadi manusia yang anfa'uhum lin naas (bermanfaat bagi sesama manusia).
Maka kemudian ia kembali mengutip nasihat sang ayah "Besarkan pondokmu maka kamu akan besar. Kayakan pondokmu maka kamu akan kaya!". Intinya adalah menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Karena di pondok itu kita harus menata dan menempatkan niat dalam hati untuk sebuah perjuangan. Mendahulukan kewajiban daripada hak. Integritas akan menghasilkan loyalitas. Loyalitas yang dibarengi dengan totalitas akan menghasilkan kapasitas.
Bersambung ke #Bagian 2
Posting Komentar
Posting Komentar