Ilustrasi sejarah perkembangan peradaban Islam. Foto: Getty Images |
“𝐊𝐨𝐧𝐝𝐢𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐒𝐨𝐥𝐮𝐬𝐢”
Oleh : Muhammad Jundi Rabbani
𝘽𝙞𝙨𝙢𝙞𝙡𝙡𝙖𝙝.
Secara umum kami memahami, Prakata sebanyak kurang lebih 6 halaman yang disampaikan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya tersebut, memberikan gambaran tentang kondisi umat Islam pada abad ini, dan memberitahu apa yang harus dilakukan.
Salah satu faktor terbesar kemunduran umat Islam hari ini adalah "𝗷𝗮𝗵𝗶𝗹" terhadap agama sendiri. Umat Islam masih buta dengan agama ini, agama yang diturunkan dari langit, yang ajaran-ajarannya bersumber dari Wahyu Tuhan. Agama yang dalam perjalanan sejarah telah menyelamatkan manusia dari penyembahan terhadap manusia atau benda menuju penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan yang telah menyelamatkan manusia dari kejahilan.
Tidak hanya sebagai ajaran, namun Islam merupakan sebuah peradaban yang luhur, sebuah peradaban yang pernah menguasai 2/3 dunia. Islam pada masa keemasannya tidak sekedar menjadi agama yang dianut, yang hanya mengikat manusia dengan ritual ibadah, namun Islam juga dijadikan oleh orang-orang terdahulu sebagai "𝙏𝙝𝙚 𝙒𝙖𝙮 𝙤𝙛 𝙇𝙞𝙛𝙚", aturan atau tuntunan hidup. Namun ini tidak diketahui oleh sebagian besar Umat Islam saat ini.
Di sisi lain, umat Islam hari ini telah silau dengan peradaban baru yang muncul setelah jatuhnya Peradaban Islam, yaitu Peradaban Barat. Sebuah peradaban yang dilandasi oleh ideologi sekuler, yang memisahkan urusan dunia dari nilai-nilai agama.
Bagi Barat, kemajuan yang sesunguhnya adalah bila mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan melakukan “Pembangunan” sebanyak-banyaknya, tanpa memperdulikan norma atau nilai-nilai. Maka kita dapat melihat, betapa negara-negara Barat hari ini memiliki kemajuan yang pesat di bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi, ekonomi, pembangunan, dan lain-lain.
Atas dasar ideologi sekuler ini, Barat terus membangun peradaban mereka dengan sistem-sistem yang jauh dari norma kemanusiaan dan nilai keagamaan, seperti membangun ekonomi dengan sistem kapitalisme, mengembangkan ilmu pengetahuan yang bercorak sekuler dengan pemikiran yang liberal, membangun negara dengan sistem demokrasi yang kapitalis, serta membangun masyarakat dengan sistem komunisme dan sosialisme.
Alhasil yang terjadi adalah lahirnya manusia-manusia yang materialistis, tidak mengenal agama, dan tidak ber-prikemanusiaan. Tapi sayangnya umat Islam telah terbelenggu dengan peradaban barat, sehingga kebanyakan masih kagum dengan peradaban yang sejatinya rusak ini.
Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Prakatanya menulis sebuah Syair
Melayu,
"𝙈𝙪𝙨𝙡𝙞𝙢 𝙩𝙚𝙧𝙜𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙢 𝙗𝙚𝙡𝙚𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙠𝙖𝙛𝙞𝙧,
𝘼𝙠𝙝𝙞𝙧𝙖𝙩 𝙇𝙪𝙥𝙪𝙩, 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙘𝙞𝙘𝙞𝙧,
𝘽𝙪𝙙𝙖𝙮𝙖 𝙟𝙖𝙝𝙞𝙡 𝙡𝙪𝙖𝙨 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙟𝙞𝙧,
𝘽𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙖𝙧𝙖𝙢 𝙩𝙞𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙖𝙠𝙨𝙞𝙧."
Sebagai seorang Muslim, kita tidak boleh putus asa dengan kondisi yang kita alami saat ini. Kita harus sadar bahwa Islam memiliki sejarah keemasan, dan kita wajib mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari era yang gemilang itu. Kita harus paham bahwa kita memiliki agama yang kebenarannya terjamin oleh Tuhan. Kita harus pahami bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Islam bersifat Universal, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, relevan untuk segala zaman, serta berkaitan dengan semua sisi kehidupan.
Seperti yang sering kita dengar bahwa sifat sejarah itu berulang, maka kita harus yakin bahwa peradaban Islam akan kembali bangkit menguasai dunia. Nabi 𝙨𝙝𝙖𝙡𝙡𝙖𝙡𝙡𝙖𝙝𝙪 ‘𝙖𝙡𝙖𝙞𝙝𝙞 𝙬𝙖 𝙨𝙖𝙡𝙡𝙖𝙢 pun pernah menjanjikan, bahwa kelak di akhir zaman umat Islam akan kembali memimpin peradaban, di atas "𝙢𝙞𝙣𝙝𝙖𝙟 𝙣𝙪𝙗𝙪𝙬𝙬𝙖𝙝".
Berkaitan dengan hal ini, Syed Naquib Al-Attas dalam Prakatanya
kembali bersyair,
"𝙎𝙞𝙛𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙧𝙖𝙝, 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙧𝙪𝙩 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜,
𝙄𝙗𝙖𝙧𝙖𝙩 𝙋𝙚𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙖𝙞𝙣 𝙬𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜,
𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙥𝙖𝙪 𝙙𝙞𝙝𝙪𝙧𝙖𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜,
𝙋𝙖𝙗𝙞𝙡𝙖 𝙩𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙜𝙚𝙧𝙖 𝙙𝙞𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜.
𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙙𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙈𝙪𝙨𝙩𝙖𝙝𝙞𝙡 𝙋𝙖𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜,
𝙂𝙞𝙡𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙄𝙨𝙡𝙖𝙢 𝙥𝙪𝙡𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜;
𝙇𝙖𝙠𝙤𝙣𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙄𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙂𝙚𝙢𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜,
𝘿𝙞 𝙡𝙖𝙮𝙖𝙧 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜."
Ada hal yang harus kita ingat, sesungguhnya perjuangan untuk mewujudkan kembali kebangkitan Islam tidaklah instan, ia akan memakan waktu yang sangat panjang, maka dari itu kita tidak boleh terburu-terburu, dan harus mempersiapkan kebangkitan itu dengan maksimal.
Lalu muncul pertanyaan, apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan kebangkitan Islam di masa depan?
Pertama, wajib bagi kita memahami Islam secara utuh. Kita harus pelajari agama kita ini dengan serius dan sungguh-sungguh. Kita harus memahami bahwa hakikat kemajuan Islam bukan sekedar tentang megahnya bangunan dan canggihnya teknologi. Akan tetapi kemajuan yang sesungguhnya adalah apabila masyarakatnya bertaqwa, beradab, dan berilmu.
Selanjutnya, kita wajib mengambil peran untuk kebangkitan Islam di masa depan. Kita mulai dengan mengidentifikasi diri kita sebagai seorang Muslim ini. Sesungguhnya dalam diri kita ini terdapat berbagai atribusi. Misalnya kita adalah seorang Muslim yang juga seorang pemuda, ayah, pelajar, guru, pedagang, direktur perusahaan, dokter, atau lainnya. Tugas kita adalah menyelaraskan identitas kita sebagai Muslim dengan atribut-atribut dalam diri, kemudian kita berperan di setiap atribusi tersebut untuk kebangkitan Islam.
Terakhir sebagai penutup, penting kita ketahui bersama. Ada tiga syarat menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas bila kita ingin membangun kembali Peradaban Islam yang hebat, pertama; keberanian jiwa, kedua; keyakinan, dan ketiga; kemampuan akal (berilmu). 𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝𝙪 𝙖’𝙡𝙖𝙢.
Terimakasih banyak kepada para pembaca yang budiman. Semoga tulisan ini bermanfaat. Kritik dan masukannya sangat kami butuhkan.
Suka dengan tulisan ini? Jangan biarkan kebaikan berhenti di tanganmu. Ayo sebarkan seluas - luasnya kepada orang - orang yang kamu cintai!
Posting Komentar
Posting Komentar