Mengenang KH. Sunardi Syahuri (Dua Tahun Kepergian)

Lima belas tahun silam saya belum mengenal siapa K.H Sunardi Syahuri. Jangankan kenal, sekedar tahu namanya saja belum. Parah memang, padahal saya asli Jogja. Tempat kiprah dakwah Pak Nardi berkibar. Mungkin karena waktu itu masih SD jadi tidak pernah terpikir siapa sih K.H. Sunardi? 


Tahun dua ribu tujuh saya masuk Pondok Ibnul Qoyyim. Pondok binaan Yayasan Persaudaraan Djamaah Hadji Indonesia (PDHI). Sekaligus pondok rintisan ulama-ulama kharismatik. Salah satunya adalah K.H. Sunardi Syahuri. Di sinilah awal mula sosok Pak Nardi tertanam di benak saya.


Bagi saya, ia adalah sosok fenomenal seperti kata orang banyak. Saya pernah melihat semangat Pak Nardi. Waktu itu ada pengajian mangayobagyo haji di pondok. Kebetulan saya kebagian berjaga di depan. Tapi lupa, apakah among tamu atau bagian parkir.


Acara sudah dimulai tapi Pak Nardi tak kunjung datang. Panitia mendapat kabar kalau ia terlambat. Tiba-tiba datang mobil Innova abu-abu. Kaca mobil dibuka perlahan dan nampak wajah sumringah Pak Nardi. Belum juga mobil berhenti sepenuhnya, Pak Nardi sudah membuka pintu dan keluar. Memang mobil hanya berjalan sangat pelan dan bagi tokoh sekelas Pak Nardi tak ada salahnya membuat orang lain menunggu sejenak. Sebatas mobil berhenti total pun tak masalah.Tapi tidak bagi Pak Nardi. Begitu keluar mobil ia bergegas naik ke panggung sambil mendekap Al-Qur'an. Tanpa transit dan sambutan macam-macam terlebih dahulu.


Semakin dewasa, sosok Pak Nardi makin saya kagumi. Cerita demi cerita kakak tingkat, ustadz, dan pengasuh tak pernah habis menyebut kebaikan-kebaikannya. Hingga di penghujung hayat Pak Nardi saya mendapat kesempatan langka. Ikut menjenguk di rumah sakit dan mendengar langsung nasihat-nasihatnya. Waktu itu saya hanya kebetulan bertugas menjadi sopir pimpinan. Tapi atas izin Allah kemudian kemurahan hati bapak pimpinan, kami diajak masuk ke dalam.


Pak Nardi menasihati kami beberapa alumni yang ikut dalam rombongan. Kami ditanya satu-persatu. Kuliah dimana, jurusan apa. Setelah itu keluarlah pesan untuk para alumni. "Di manapun posisi kalian berada, kalian harus menjadi orang mukhlis, jadi mujahid. Contohlah almarhum Kyai Hisyam. Beliau itu pegawai tapi juga kyai (ulama)", kata Pak Nardi.


Itulah sedikit poin nasihat yang masih saya ingat. Selebihnya karena kemampuan hafalan yang kurang kuat, saya melupakannya. Hari ini dua tahun yang lalu engkau meninggalkan dunia. Meninggalkan amal jariyah yang amat banyak. Sebagai santrimu, saya ikut berdiri di barisan orang-orang yang bersaksi bahwa engkau adalah seorang da'i, bahwa engkau seorang seorang mujahid dakwah. Allahummaghfir lahu warhamhu...

Ibnul Qoyyim Putra, 11 November 2020

Oleh : M. Fajar Nur Rachmat, Santri Pak Nardi

Foto diambil dari akun FB PP Ibnul Qoyyim





Anda menyukai tulisan ini? Jangan biarkan kebaikan berhenti di tangan anda. Mari sebarkan kepada orang - orang terdekat dengan cara share tulisan ini.

M. Fajar Nur Rachmat
House of idea and experience

Related Posts

Posting Komentar