Hati dan Amal - Inspirasi Santri

      Tanda dari sempitnya hati adalah lebarnya lisan. Tanda dari lebarnya hati adalah perbuatan yang sholih, lisan yang tak sia-sia dan Dzikrullah. Sungguh aneh ketika kita mendapati orang yang memiliki banyak ilmu tapi hatinya sempit dan sepi dari hidayah. Mungkin itu semua disebabkan oleh beberapa factor yang bisa mempengaruhi Ahlul ilmi ( pemilik ilmu) akan kekayaan hati mereka. Diantaranya adalah dosa dan maksiat kepada-Nya     Ada beberapa kawan yang saya rasa ilmunya cukup memadai atau mungkin  lebih hebat darai kawan yang lain termasuk saya. Tetapi amal perbuatannya jauh dari ilmu yang mereka dapatkan. Kenapa pasal? Tentunya Allah lah yang Maha tahu dan mereka sendiri yang bisa menjawabnya. Karena perkara hati itu perkara yang tertutup dan tak ada yang tahu kecuali sang pemilik hati dan tentunya Sang Maha Tahu yaitu Allah ‘Azza wa jalla.     Sungguh perkara hati itu ialah perkara yang urgen. Para ulama Salaf sangat memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan hati. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah membagi hati menjadi tiga jenis, yaitu Qolbun Salim ( Hati yang sehat), Qolbun Maridh ( Hati yang sakit), dan Qolbun Mayyit ( Hati yang mati). Tentunya amal perbuatan seseorang itu mencerminkan keadaan hatinya. Jika amalnya semrawut tak tertata berarti hatinya juga sama. Atau mungkin ada orang yang biasanya rapi, teratur, efisien dalam mengelola waktu berubah menjadi acak-acakan, semrawut, males,dll. Nah itu semua mencerminkan kalau hatinya sedang tak teratur, bermasalah, alias kalau bahasa kita hari ini “lagi galau”. Nah di saat galau seperti inilah kita harus segera memperhatikannya dan kemudian menata ulang kembali hati kita.     Adapula kadang orang itu beralasan kalau al-imanu yazidu wa yanqush. Okelah kalau begitu, tapi ya mbok yo’o jangan yanqush daiman! Kalau yazid daiman malah bagus itu! Maka dari itu tata lagi hati kita. Mari kita perhatikan ia sebagaimana kita memperhatikan kekasih kita. Karena perkara hati itu perkara yang urgen, wallahu al-musta’an.