Muhasabah Perubahan Diri
Syurga atau
Al-jannah yang di dalamnya tedapat beribu-ribu, berjuta-juta, bermilyar-milyar,
bertriyun trilyun, bahkan nikmat-Nya tak terhingga. Mulai mulai bidadari yang
tak bisa dibayangkan keelokannya, sanpai fasilitas yang serba ada,dll.
Tapi gambaran di
atas hanyalah gambaran berdasarkan angan-angan akal manusia saja. Sejatinya hal
semacam surga tak akan pernah terdefinisikan oleh seorang ilmuwan pun apalagi
oleh seorang peramal, kahin. Tentunya sesuatu sedahsyat itu ada penciptanya. Ya
Dialah Allah SWT Maha Pencipta, Raja bagi raja-raja.
Tentunya ketika
kita ingin mendapatkan semua itu kita harus melewati berbagai ujian dan
senantiasa sabar meniti jalan-Nya. Dan juga secara logika tidaklah sesuatu yang
menyenangkan itu kita dapat melalui bersantai, berleha-leha, apalagi
malas-malasan. Tapi sungguh itu semua membutuhkan curahan keringat dan pikiran
kita. Dan sejatinya seorang tuan tidak akan memberikan sesuatu kepada budaknya
kecuali sang budak tadi mengerjakan apa-apa yang ia perintahkan kepadanya.
Begitu juga kita umat manusia, sebagai hamba Allah kita harus senantiasa
mencari ridho-Nya. Dengan menaati perintah-nya dan senantiasa menjauhi
larangan-Nya.
Memang itu semua
sangatlah sulit. Karena itulah kita dijanjikan surga bagi siapa saja yang
beriman dan beramal sholeh. Kita hendaknya berbuat sesuatu itu lillah wa
limathlubillah, untuk Allah dan atas atas yang diinginkan-Nya. Kawan….cobalah
kita bermuhasabah diri dan mawas diri. Terhadap amalan-amalan yang kita
kerjakan yang kita kerjakan baik itu harian, mingguan, bulanan, tahunan, atau
bahkan seumur hidup sekali. Tampaknya kita sungguh jauh dari syarat-syarat
sebagai penghuni jannah. Dan mungkin bila diadakan Tes masuk surga, mungkin
kita sebagai peserta yang didegradasi kali ya? Tapi tak mengapa. Ingatlah
kepada janji-janji Allah Bro…wa Laa Tahzan setiap amal pasti ada balasannya.
Sekecil apapun perbuatan kita pasti nanti akan dihisab dan akan mendapat haknya. Dan juga selama
kita beriman kepada-Nya pasti kita akan merasakan yang namanya surga, walau
kita harus mampir nyemplung ke Neraka dulu (
na’udzubillah min dzalik). Dan juga ada yang berlama-lama di dalamnya dan
ada juga yang sebentar saja, semua tergantung amalnya. Dan itu semua lebih baik
daripada menjadi penghuni Neraka selamanya alias Kekal di dalamnya.
Sobat
….seringkali kita sudah tahu dan had dari suatu perbuatan. Tetapi ilmu kita
terkalahkan oleh nafsu. Kita ingkar dan kemudian kita mengerjakannya bahkan
menjadikannya sebagai behavior ( kebiasaan,-red) padahal kelak setiap amal
pasti ada balasannya. Tidak ada toleransi kita nglakuin sekali, dua kali, tiga
kali,dst. Dan tak ada toleransi bagi para santri juga, justru anak pesantren
seperti inilah malah dapet double. Kenapa? Yang pertama karena melakukan
dosanya, dan yang kedua karena mengingkari ilmunya. Bagi orang yang nggak dong
malah bilang” lumayan tuh dapet dua”. Rasakan saja sesuatu yang berlipat-lipat
itu!
Memang kawan,
merubah diri sebagai seorang yang lebih baik itu sangat susah, dan tidak
langsung semena-mena Jreng…jadi. Tidak! Semua itu ada tahapnya, kita pasti melalui
yang namanya ‘proses’. Tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk tidak
berubah. Mari sedikit demi sedikit kita berubah. Merubah diri menjadi yang
lebih baik dari yang sebelumnya. Dan perubahanmu ini akan menjadi prestasi
tersendiri yang membanggakan dan tidak semua orang bisa memilikinya. Bukankah
sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit?
Ada beberapa
trik atau cara supaya kita dapat berubah sedikit demi sedikit. Dan cara yang paling
utama adalah istiqomah. Memang kelihatannya mudah mengucap I-S-T-I-Q-O-M-A-H.
tapi sungguh susahnya bukan main alias susyeh beuwdh. Kadang ketika kita ingin
berbuat baik secara terus menerus, ada saja yang menghalang-halangi. Nah di
saat seperti itulah keistiqomahan akan diuji. Dan seringkali kita mengedepankan
ego dan nafsu kita yang kemudian akan mengalahkan keinginan kita untuk berubah.
Lalu masih ada lagi, kita jadikan seseorang yang lebih ‘alim dan lebih shohih,
tawadhu’, zuhud dari kita sebagai barometer atau tolak ukur. Karena Rasulullah
SAW bersabda yang artinya:
“Seorang mukmin itu laksana cermin bagi saudara
mukminnya yang lain”
Maksudnya bukan kita bercermin and macak
di depannya, bukan…. Tetapi kita tiru kebiasaannya yang baik-baik, jangan yang
jelek-jelek. Karena mereka juga manusia bukan malaikat, mereka juga pasti punya
sisi gelap, tapi tak separah kita pastinya. Kita ubah diri kita sebisa mungkin
melalui sarana itu. Istilahnya kita bercermin atau mengaca kepadanya perihal
amalan-amalan yaumiyah dan lain-lain. Dan perlu diingat juga, so pasti disini
kita punya hard line atau GARIS KERAS. Yaitu berubahlah lillah! Untuk Allah
semata bukan yang lain. Bukan untuk saya ataupun orang-orang terdekat kita,
seperti camer, calon istri, calon kakak, apalagi ini berubah karena pacar!
Wuadoh jangan deh yo? Ntar ndak tobatmu sia-sia belaka. Walaupun memang kamu
sayang ama pacar kamu tapi jangan deh… Karena niat itu semua untuk Allah semata
bukan yang lain. Ini semua berdasarkan hadist ghorib dari amirul mikminin abi
hafsin tentang niat dan hijrah. Karena sungguh berubah demi selain Allah itu
sama aja bo’ong. Dan jangan lupa untuk senantiasa memperbaiki imanmu kawan karena al-imanu yazidu wa yanqush, yazidu bi
ath-tha’at wa yanqush bi al-ma’shiyyah, iman itu senantiasa naik dan turun,
akan naik ketika kita berbuat ketha’atan dan akan turun jika kita bermaksiat
kepada-Nya. Mungkin ini dulu yang bisa kami bagikan kepada rekan-rekan semua. Allahu Al-musta’an.
Posting Komentar
Posting Komentar