Keutaman Bacaan Tasbih
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ : كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ فِي المِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمٰنِ : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيْمِ [متفق عليه]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Dua kalimat yang ringan (diucapkan) di lidah, berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahman. Yaitu : Subhanallahi wabihamdihi, Subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung). [Muttafaq ‘Alaih]
Penjelasan :
Hadits ini terdapat pada Bab “Keutamaan Tasbih” dengan nomor hadits 6.406 dalam Shahih Bukhori. Sedangkan dalam Shahih Muslim ia terdapat pada Bab “Keutamaan Subhanallahi wabihamdihi, Subhanallahil ‘Azhim” dengan nomor hadits 2.694.
Secara I’rob (kedudukan) dalam tata bahasa Arab, kata Subhana (سبحان) merupakan isim manshub karena dia menempati posisi mashdar bagi sebuah fi’il (kata kerja) yang dihilangkan (محذوف). Fi’il yang dihilangkan tadi adalah سَبَّحْتُ. Jadi bentuk kalimat aslinya adalah سَبَّحْتُ اللهَ سُبْحَانًا.
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bâri menjelaskan bahwa makna dari kata “Subhanallah” adalah menyucikan Allah dari segala hal yang tidak pantas bagi-Nya berupa perkara-perkara yang menunjukkan kekurangan. Maka dari itu wajib bagi kita untuk menafikan sekutu, rekan, anak, dan semua perkara-perkara buruk bagi-Nya.
Maksud kalimat خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ (ringan diucapkan) adalah mudahnya kita mengucap kalimat tersebut tanpa ada kesulitan. Adapun maksud dari “berat dalam timbangan” pada kalimat sesudahnya adalah berat secara hakiki bukan majaz. Karena kelak di hari akhir, amal perbuatan akan memiliki wujud. Dia bisa ditimbang. Berbeda konteks dengan kata ringan dan mudah pada kalimat sebelumnya, karena keduanya merupakan perkara nisbi.
Kemudian hadits ini memberikan motivasi agar kita senantiasa menekuni dan melazimi dzikir ini. Karena perkara-perkara yang diwajibkan syariat itu kebanyakan berat untuk dilakukan. Adapun dzikir ini, ia mudah diucapkan dan pahalanya berat di sisi Allah. Sebagaimana perkara-perkara yang diwajibkan tadi. Oleh karena itu kita tidak boleh meremehkannya.
Maksud kalimat حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمنِ merupakan pujian yang menandakan bahwa Allah menyukainya. Maka orang yang mengucapkan kalimat tersebut dicintai oleh Allah Ta’ala. Wujud cinta Allah kepada hamba-nya adalah Allah akan menjadikan hamba ini mendapatkan kebaikan dan Allah akan memuliakannya.
Hadits ini secara khusus menyebutkan kata Ar-Rahman yang diambil dari asmaul husna. Tujuannya untuk mengingatkan akan betapa luasnya rahmat Allah. Dia mengganjar amal yang sedikit dengan pahala yang besar. Di penyebutan ini juga terdapat isyarat untuk melakukan tanzih, tahmid, dan ta’zhim kepada Allah.
Selain itu, melalui hadits ini juga dapat diketahui bahwa boleh hukumnya berdoa menggunakan irama atau sajak.
Posting Komentar
Posting Komentar