The Journey of Love
Diambil dari : www.arrisalah.net
Cinta
itu menyatukan hati, menyamankan jiwa. Kepadanya hati mencari dan melepaskan
dahaga. Menjadikannya sumber energi, nyaris tanpa henti, untuk terus melayani.
Lapang dada dan ringan langkah menjalani hari-hari. Menjadikannya penawar atas
semua jeri, juga pijakan untuk setiap tindakan. Seolah semua menjadi benar jika
cinta sebagai latar.
Dengan
cinta seluruh saat terasa nikmat, setiap warna terasa memesona, semua
pengorbanan terasa menawan, dan segala lelah terasa megah. Rasa ini memabukkan
yang karenanya seringkali menumpulkan akal. Karena dalam cinta, kepasrahan
tanpa syarat menjadi niscaya untuk cita rasa terbaik dan kelezatan terdahsyat.
Badai
nikmat menyapa seluruh pori-pori. Rasa angkuh pun meluruh karenanya. Dan kita
berharap semuanya takkan usai, tak pernah selesai. Menjalani hidup bersama
cinta selama mungkin, menjadi abadi seandainya bisa. Berdoa semoga waktu
berhenti melaju. Adakah yang lebih indah dari ini?
Tapi
hari-hari terus berlari tak peduli. Ia membawa kita ke kenyataan sejati, bahwa
cinta bukanlah Sang Penguasa meski sebagian kita menjadi budaknya. Semuanya
berubah saat perjumpaan itu tiba. Ketika tanggung jawab atas semua perbuatan
diminta. Saat keadilan ditunjukkan dan kebenaran ditampakkan. Ketika kepalsuan
disingkapkan, dan semua alasan kebingungan mencari rujukan.
Ketika
itulah cinta ingkar atas perilakunya yang mungkar, memenangkan syahwat atas
akal sehat. Para pecinta saling menghindar agar selamat dari siksa akhirat
sebab cinta tanpa iman hanya melahirkan maksiat. Dan puja puji yang berubah
menjadi caci maki, membuahkan permusuhan sejati. Saat itu kita akan tersadar,
bahwa menghamba kepada cinta yang salah adalah sia-sia. Semua kelezatannya
hanyalah semu dan palsu. Ia telah menipu nafsu!
Karena
cinta, mestinya, mengalirkan keluhuran jiwa. Memberanikan si penakut,
memuliakan si pengecut, mendermawankan si kedekut, dan membuat si kasar menjadi
lembut. Mata air penuh vitalitas yang harus berasal dari Sang Empunya yang
sebenarnya, Allah.
Ia
berjalan berkelindan dengan iman mengitari kehidupan setiap insan. Membawa
pesan-pesan langit membumi dalam prestasi terbaik seorang hamba, menegakkan
kebenaran dan menghancurkan kemungkaran sepenuh keikhlasan.
Inilah
cinta yang takkan bisa dihentikan. Karena ia membangun jembatan menuju istana
surga. Membawanya menikmati buah manis penghambaan, saat semua cinta terlaknat
berakhir tragis. Dan karena kita adalah hamba dari apa yang kita cintai,
sudahkah kita memilihnya dengan teliti?
Posting Komentar
Posting Komentar